Jeritan Penambang Kecil dan Nelayan Tradisional Usai Aktivitas TI di Laut Tembelok Dihentikan

MUNTOK, CERAPAN.ID – Pasca ditertibkan oleh TNI/Polri, para masyarakat buruh pekerja TI Apung di perairan laut Tembelok Muntok, Bangka Barat (Babar) hanya bisa meratap nasib anak-anak dan keluarga di rumah. Para masyarakat akar rumput mengharapkan bisa bekerja kembali agar roda ekonomi bisa terpenuhi dan dapur rumah kembali mengepul.

 

Bujang alias Riko salah satu pekerja yang hanya mengandalkan fisik tulang kawat otot besi menyampaikan keluh kesahnya kepada awak media ini, Minggu (01/10/2023) siang.

 

Informasi yang berhasil dihimpun media ini di lapangan ternyata tidak ditemukan adanya penolakan oleh daerah yang terdampak (nelayan setempat,-).

 

“Kami ini pak satu unit itu ada 4-5 pekerja saat ini sudah ratusan unit menggangur setelah diminta berhenti oleh pihak keamanan, bisa bayangkan nasib kami dengan teman-teman yang lain, belum lagi keluarga pokoknya asli stres,” keluh Riko.

Baca Juga  Medio Januari - Mei 2024 Kasus DBD di RSUD Basel Alami Kenaikan Sebanyak 80 Pasien, Helen: Tiga yang Meninggal Dunia

 

Ia mengungkapkan saat beroperasi masyarakat sangat senang dan bahagia bisa bekerja, apalagi sekarang ini ekonomi sudah sangat sulit, bisa bekerja di laut Tembelok ini syukur Alhamdulillah ada hasil yang bisa diberikan kepada anak dan istri.

 

“Kami di sini tidak cari kaya semata-mata, tapi hanya menyambung hidup,” ucapnya.

 

Ia menuturkan, masyarakat yang terdampak tampak bingung kenapa aktivitas penambangan dilarang. Padahal setahu ia, baik penambang dan nelayan tidak mempermasalahkan adanya aktivitas tambang di laut Tembelok dan sekitarnya.

 

“Kami juga bingung, penambang dengan warga nelayan setempat tidak mempermasalahkan bahkan merekapun ikut minikmati hasil bumi milik Allah ini,” tuturnya.

 

Sebagai wong cilik, ia berharap pemerintah dapat mencari jalan keluar untuk masyarakat agar bisa kembali menambang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Baca Juga  Pemkab Basel Minta Tak Ada Tempat Hiburan Malam di Bulan Ramadhan

 

“Tolonglah kami rakyat kecil, kepada Bapak -Bapak pemerintah baik TNI/POLRI carikan sulosi terbaik agar kami ini bisa hidup dan bekerja, minimal diberi kesempatan beroperasi ,” pintanya.

 

Sementara, Ketua Kelompok Nelayan Rusdan (52) mengatakan, warganya yang berprofesi sebagai nelayan tidak mempermasalahkan adanya TI Apung beroperasi.

 

“Sebelum mereka bekerja, sudah menyanggupi apa saja yang menyangkut kerusakan alat tangkap dan lainnya siap diganti, Alhamdulillah kami yang melaut belum ada kejadian di Tembelok ini, intinya kami merasa terbantu karena sudah ada konpensasi dari para penambang yang kami terima,”ucapnya.

 

Menurutmya, hasil tangkap yang tidak menentu saat ini dengan adanya kompensasi dari penambang benar-benar sangat membantu, apalagi nanti  masuk musim ombak besar.

Baca Juga  44 Golfer Bermain dalam Gobar Babel 2024, Lebih Banyak dari Tahun Sebelumnya

 

“Tambang ini tidak akan selamanya ada di lokasi Tembelok dan sekitarnya, bila hasil tidak memadai ditambah cuaca yang tidak bersahabat merekapun tidak diperintah akan pindah dengan sendirinya,” tandasnya.

 

“Jadi kami mohon kepada aparat yang berwenang memberikan kelongaran ini,” sambungmya.

 

Ia pun berharap, pemerintah maupun aparat keamanan tidak melarang para penambang untuk mencari nafkah di laut Tembelok dan sekitarnya, karena sebentar lagi musim ombak besar pada bulan 11 dan 12.

 

“kami ini nelayan kecil otomatis tidak berani melaut dengan sendirinya perahu naik ke darat. Dengan kehadiran penambang ini kami sangat merasakan pula hasilnya itung itung ada tambahan hasil melaut,” pungkasnya. (Nop)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *