BANGKASELATAN, CERAPAN.ID– Sopir bus antar kabupaten dalam provinsi (AKDP) Toboali – Pangkalpinang dan ojek pengkolan yang ada di kota Toboali Bangka Selatan, Bangka Belitung mengeluhkan dengan kenaikan BBM subsidi oleh pemerintah.
Aditya Rivaldo salah satu sopir bus trans Toboali – Pangkalpinang menyebutkan baru tiga hari kenaikan BBM sudah terasa berdampak kepada para sopir bus.
” Dengan rasa berat hati kami harus menaikan tarif kepada para penumpang bus kalau tidak seperti itu, para sopir akan merasa rugi,” sebut Aditya, Rabu (7/09/2022) saat ditemui di Simpang Tugu Nanas.
Aditya menyebutkan, sebelumnya para sopir bus sudah berunding untuk menaikkan tarif kepada penumpang bus yang sebelumnya tarif Rp 35 ribu sekarang naik menjadi Rp 40 ribu perorang.
“Karena untuk pengisian bbm jenis solar kita harus pengisian maksimal 60 liter persekali keberangkatan yang sebelumnya dengan total harga Rp 309 ribu, sekarang pengisian 60 liter Rp 408 ribu, maka dari itu kita harus menaikkan tarif Toboali – Pangkal Pinang,” ujarnya.
Menurutnya, penumpang bus trans Toboali- Pangkalpinang sudah mulai sepi penumpang sejak pandemi Covid-19 dan dengan dinaikkan harga bbm saat ini berdampak naik tarif bus juga menambah sepi penumpang bus trans.
” Sebenarnya bis trans Toboali – Pangkal Pinang sudah sepi penumpang sejak awal Covid-19 di tambah lagi adanya kenaikan bbm ini,” ujarnya.
Mewakili supir bus trans lainnya, ia berharap pemerintah pusat lebih mempertimbangkan kembali masalah kebijakan kenaikan harga bbm karena ekonomi masyarakat Bangka Selatan rata-rata belum stabil karena masih dalam kondisi covid-19.
Senada, Salim salah satu ojek pengkolan di Toboali Bangka Selatan mengatakan, penumpang ojek pengkolan bergantung pada penumpang mobil bus trans Toboali – Pangkalpinang dan sebaliknya Pangkalpinang – Toboali, karena kata dia, dari mobil bus trans para ojek bisa mendapatkan penumpang.
” Jika penumpang bus sepi maka dengan otomasi ojek pangkalan ikut sepi, kami hanya meneriman 20 persen dari penumpang bus, yang harus di pahami semenjak Covid-19 dari awal sampai saat ini penumpang sudah sepi apa lagi adanya kenaikan bbm ini,” tuturnya.
Ia menjelaskan, disaat sepi penumpang dengan berat hati harus menaikkan tarif ojek sebesar Rp 3 ribu untuk sekali jalan yang awalnya Rp 5 ribu menjadi Rp 8 ribu perorang, jika tidak para ojek merasa rugi.
” Pada intinya kenaikan bbm harus di pertimbangkan kembali karena mengurangi mata pencarian masyarakat kecil seperti kami ojek pengkalan khusus yang ada di Toboali Bangka Selatan,” jelas Salim. (Tcc)